Friday, September 19, 2008

{islam} hukum relativitas waktu

{nirwana, suatu subuh}
disclaimer: bahwa tulisan berikut adalah sebuah pemahaman awam seorang yang sedang belajar memahami agama. kesalahan atau kesalahpemahaman bersumber dari diri penulis sebagai sang maha salah dan kebenaran hakiki bersumber dariNya semata.

saya senantiasa merenungi ketika deretan rumah yang begitu megah dalam perjalanan pulang dari sholat subuh di kompleks rumah saya. bukanlah rumah-rumah para pengusaha yang memungkinkan untuk memiliki rumah sebesar dan semegah itu, deretan rumah itu dimiliki oleh para pegawai negeri atau beberapa tentara dan penegak hukum, yang dalam perhitungan matematis dan formula apapun tidak akan menghasilkan sebuah/beberapa rumah plus segala kemewahan di dalamnya jika hanya berdasarkan gaji semata. tulisan berikut ini, tidak akan membahas tentang bagaimana mereka "berhasil" mendapatkan "kalkulator" kekayaan yang hanya berisi tombol plus, kali, dan pangkat saja tanpa tombol kurang atau bagi. saya akan menulis tentang relativitas waktu.

pemilik rumah-rumah tersebut, seandainya mendapatkannya dari hasil yang tidak benar, mereka hanya merasakan "kenikmatan" yang semu sekitar 30 tahun di dunia. masa yang cukup panjang buat kita ketika masih hidup, tetapi sungguh sangat singkat untuk yang sudah meninggal (bayangkan abu jahal, yang mungkin berumur 60an tahun, sekarang sudah mendekam 14 abad di alam kubur, "kenikmatan" 60tahun di dunia menjadi semu).

sedangkan jarak antara sang kaya dan si miskin ketika dihisab/diperhitungkan di akhirat nanti adalah 500tahun, dan 1 hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. bayangkan apabila kekayaan didapat dari kalkulator sulap, berapa lama lagi harus menunggu dan kenikmatan 30 tahun dunia di banding penantian ketika dihisab nanti jadi sangatlah tidak setara.

islam mengajarkan kita hidup sederhana berdasarkan kemampuan atau rejeki kita dan mengajarkan kita untuk menghidupi diri dengan harta yang halal. banyak sahabat rasul yang kaya, pebisnis ulung abdurakhman bin auf ra atau usman bin affan ra, tetapi para pejabatnya sungguh sederhana atau zuhud, abu bakar ra atau nabi muhammad saw sendiri. karena mereka sangat mencintai kehidupan kampung akhirat, dan menganggap dunia adalah jembatan menuju kekekalan semata. barang yang haram hanya membuat tirai dari berkah Allah dan tidak diterimanya amalan baik selama 40hari.

dari renungan sepanjang jalan tersebut, saya memohon terbebas dari harta haram dan tidak tersilaukan dengan dunia. kenikmatan 30tahun sisa hidup dalam kemewahan tidaklah sebanding dengan apa yang harus kita terima kelak. menunggu di alam kubur dengan menanggung kekayaan yang tiada halal akan menambah berat penantian di alam itu kelak dan juga kelak ketika menghadap di sidang Maha Adil di akhirat.

saya menjadi bersyukur dengan apa yang saya miliki, apa yang telah diambil dan apa yang akan diberikan olehNya. kehalalan adalah suatu keharusan, karena Allah Maha Suci mencintai kesucian dan halal adalah salah satu dasar kesucian.

terimakasih Tuhan, atas hidayah dan petunjuk ini

No comments: