Tuesday, July 29, 2008

{korupsi} "pebisnis" di urusan tilang di gudang hukum

{nirwana}
... menyedihkan kalow melihat kasak kusuk para pejabat (baca: penjahat) jaksa di kejaksaan agung, yang mungkin lebih layak disebut kejaksaan bagung. yang dengan mafia dan kelicikan, sebagian (?) pejabatnya menelikung dalil-dalil hukum demi kerakusan nafsu. kejagung (atau kejaksaan bagung) di negara antah berantah ini, seandainya diisi oleh orang yang bermartabat pantaslah menyandang nama agung, tapi karena tingkah polah sebagian pejabatnya, yang sudah tidak bisa membedakan antara harta najis atau suci, halal atau haram dan tidak ada rasa malu sama sekali ... pantaslah disebut kejaksaan bagung. kalow kejaksaan monyet saja lebih bermartabat, karena monyet memakan hanya pisang, kacang tidak seperti para bagung-bagung di kejaksaan negara itu.

kali ini, sebuah kisah nyata terjadi ketika aku harus kena tilang di depan hotel mulia, karena berbelok tidak pada tempatnya (walaupun tidak ada rambu larangan). aku tidak berusaha damai (baca: suap), karena keyakinanku bahwa yang menyuap dan yang disuap kelak hidup berdampingan ... di neraka, disamping alasan melawan hukum negara. akhirnya, simku di sita dan diganti dengan surat tilang. hari itu, 15 juli 2008 dan harus ikut sidang dua minggu berikutnya.

cerita dimulai, ketika tanggal 29 juli aku ke kejaksaan negeri di ampera pada saat jam siang. ketika akan memasuki tempat parkir sudah ada seseorang yang dengan baik mencarikan tempat parkir yang kemudian ternyata seorang "calo". dia menawarkan jasa untuk mengurus pengambilan berkas tilang dengan uang "jasa" 85 ribu. karena dari niat awal ingin melakukan dengan proses yang benar, aku tolak "niat" baik calo ini.

begitu memasuki kejaksaan ada dua orang yang di depan meja resepsionis dan ketika kutanyakan tentang pengurusan tilang, mereka kembali menawarkan jasa dengan harga 75 ribu. kembali kutolak dan segera ke kantor samsat dan ternyata proses dendanya cukup singkat karena sudah disidang jam 9pagi. ternyata hanya membayar denda 50ribu.

wow ... "pebisnis" ulang ternyata bukan di mall atau di bursa efek, tetapi di kejaksaan. bagaimana tingkat pengembaliannya mencapai 50% dalam sekian menit untuk pejabat kejaksaan atau 70% untuk sang calo. seandainya mereka keluar dan terjun ke bisnis, kita mungkin akan mendapati orang-orang yang melampaui warren betty atau saudagar india mittal.

Friday, July 18, 2008

{sebuah persimpangan} buat mas zaki dan kak noval

juli 18,

mulai hari ini, semuanya sudah tidak sama lagi - semenjak kak noval melanjutkan ke pesantren darunnajah, ulujami - yang berarti dua dari empat anak-anak akan keluar dari rumah diusia yang cukup dini, usia smp. noval setelah melihat kegiatan dan kemandirian di asrama pesantren selama mengunjungi mas zaki, punya keinginan untuk mengikuti jejak kakaknya dan opsi smp sudah tidak dibenaknya dari awal.

18 juli, adalah awal dia memasuki kehidupan yang berbeda. mengatur hidup sendiri dan bertanggung jawab sendiri. suatu waktu yang sebagian orang melihat terlalu dini, tetapi bukankah rasul saw dipisahkan dari keluarga ketika dalam usia jauh lebih dini untuk mendapatkan pendidikan yang baik.

dengan "kehilangan" kebersamaan dengan mereka, antara "keinginan" saat ini dan tujuan masa depan saling bersaing. tetapi setelah melihat kegembiraan mereka, kemandirian mereka, sepertinya "keinginan" itu sekedar "keegoisan" kita untuk tetap memiliki dan menguasainya. akhirnya, kita hapus "kehilangan" itu dengan kunjungan mingguan dan telpon mereka.

mereka sudah dewasa secara biologis, semoga dengan mendidik kemandirian dari awal akan menyeimbangkan kedewasaan secara biologis dengan parameter yang lain, kemandirian, emosi. semoga pendidikan ini akan menumbuhkan keseimbangan intelektual dunia dan akhirat.

Saturday, July 12, 2008

11 juli: selamat ulang tahun bapak ibu

x




depok - 12 juli 2008

limapuluh tahun yl, kedua orang tua kami menikah dan alhamdulillah Allah menganugerahi kami panjang umur dan keutuhan, sehingga kami berlima (anak-anaknya) dapat merayakan tasyakuran untuk perayaan kebahagian kami. dimulai setahun yl, kita merencanakan sebuah kumpulan acara yang insyaAllah berguna bagi bapak-ibu, keluarga dan masyarakat sekitar.

kebetulan bapak dan ibu mengelola pengajian "kecil-kecil"an untuk berbagai kalangan dari anak-anak, remaja, ibu-ibu bahkan pembantu untuk mengaji di rumah. kecuali diajar langsung oleh bapak dan ibu, ibu juga menggaji beberapa guru asisten untuk membantu pengajian dan khasnya tanpa dipungut biaya. bahkan yang menjadi jamaah akan mendapatkan "previlege" ketika kita melaksanakan korban atau liburan sekolah dengan menyewa bis hanya untuk santri saja.

begitu juga, acara pertama diperuntukkan untuk melaksanakan sunatan masal khusus untuk para santri.

acara tasyakuran, kita adakan 12 juli pada hari sabtu dengan mengundang para santri dan tetangga. semua mendapatkan tugas masing-masing dari cucu sampai anak-anaknya. sound system oleh keluarga pak de affan, persiapan oleh keluarga pak de usman, ijin dan acara oleh keluarga om imron, juga kontingen pak de muntaha dari surabaya.

sebagai mc adalah dania affan, sedangkan sambutan anak oleh pak de affan dan sambutan cucu oleh oki muiz. cukup meriah dan terbias kebahagian di mata mereka berdua.

selamat ulang tahun bapak ibu, eyang...

"makan bihun di atas andong, selamat ulang tahun, senyum donk" begitu pantun dari oki ketika menutup sambutannya.

Sunday, July 06, 2008

from temple to platue


{nirwana} 5 juli 2008

liburan ini, sekeluarga merencanakan pergi ke jogja dan jawa tengah melalui jalur darat. semua sudah siap di tempat duduknya masing-masing termasuk si kecil, zidan, nyaris setaon akhir bulan ini. perjalanan sempat terhambat di tol cikampek yang konsisten macet. rencana perjalanan adalah untuk menyambangi jogja dan dieng, awalnya kita akan melalui tegal, purwokerto dan ke jogja, di perjalanan pulang menyambangi dieng. karena kemacetan di tol cikampek, perjalanan sedikit berubah - kita langsung ke arah semarang, jalur yang cukup kenal dibandingkan jalur purwokerto untuk perjalanan malam.

pagi hari kita menuju ambarawa dan sempat mampir di musium kereta api, sayang kita tidak bisa menaiki kereta legendaris yang memutar dengan jalur menanjak yang bergerigi karena datang bukan dalam rombongan. setelah sempat berfoto ria dari berbagai macam lokomotif kereta api, kita meninggalkan ambarawa menuju magelang ke borobudur.


kemacetan sudah terasa dari semarang ke magelang dengan sejenak kelancaran sebelum kembali terkena kemacetan. kemacetan terparah terjadi ketika memasuki magelang dan ketika keluar dari magelang menuju jogjakarta.

kita sampai di borobudur menjelang sore dan berada di sana sekitar satu jam menjelang tutup. rencana awal, kita ingin melihat borobudur pada saat sunrise dan berencana menginap disekitar borobudur, tetapi setelah selama satu jam mengelilingi borobudur dan berpose di candi terbesar di dunia ini, niat itu diurungkan apalagi untuk melihat sunrise itu kita harus merogoh kocek 17$ per orang atau kalow lewat pintu belakang 50ribu (damn, orang indonesia memang benar-benar "business man" yang "ulung", setiap kesempatan pasti ada jalan "keluar"nya dengan jalur yang menyimpang).

menjelang isya' kita akhirnya sampe ke malioboro, tujuan pertama kita adalah mencari hotel di kawasan itu. hotel ibis adalah tujuan utama dengan harap-harap cemas, terlebih bersama keluarga datang tanpa reservasi dan pas hari libur lagi. alhadulillah, tersisa satu kamar untuk keluarga kita di suite room - aman untuk menginap beberapa hari di jogja.

setelah memindahkan barang bawaan ke kamar 212, kita bersiap untuk menelusuri jejak di malioboro untuk mengganjal perut. aku mencoba burung dara yang ada di menu, setelah beberapa saat ternyata sudah habis atau memang tidak ada. akhirnya mencoba gudeg, yang ternyata gudeg-gudegan yang belum lunak, manis dan matang. selesai dari sana, dua tukang becak menawarkan jasanya untuk keliling jogja ke keraton dan beberapa tempat dengan harga 5ribu satu becaknya (satu jam perjalanan). wow, murah sekali dan rada nggak manusiawi. anak-anak antusias ingin mencobanya, dan kita keliling jogja dengan ekonomis dan eco-friendly. kalow teratur, kenapa harus digusur moda transportasi ini - sepertinya becak akan tetap menjadi moda transportasi jogja dengan kesantunan dari tukang becaknya.

di sepanjang malioboro, sejenak penelusuran ke gang-gang disekitar malioboro, sebenarnya terdapat penginapan yang cukup murah dan sepertinya cocok untuk back packer yang senantiasa hidup sepanjang hari.

hari berikutnya, kita kembali mengelilingi jogja dengan becak ke beberapa tempat dan perbelanjaan, dengan sebelumnya mengisi perut di gudeg wijilan yang ternama. dari ke dagadu, batik dan ke rumah yang empunya outlet batik sampai ke lukisan batik di gang menuju taman sari. akhirnya kita tidak ke taman sari, karena cuaca yang cukup panas dan hanya menuju ke kraton dan kembali ke hotel.

hari kedua di jogja kita berencana meninggalkan hotel menuju ke candi prambanan dan langsung ke dieng. syukur prambanan sudah dibuka untuk umum, kita sempat mencicipi pecel di halaman prambanan, kembali dengan harga yang cukup murah. cuaca yang panas membuat kita hanya sejenak di sana, karena oki menginginkan segera menuju ke dieng yang dingin.

dari jogja, kita menelusuri jalan ke arah magelang kemudian menuju ke arah purworejo dan mengikuti jalan kecil ke arah wonosobo. jalan berkelok selama lebih dari empat jam sebelum akhirnya kita sampai ke dieng. cukup melelahkan dan berpacu jantung untuk sampai sebelum sore hari. ada beberapa retribusi yang harus dibayar sebelum memasuki kawasan dieng, mungkin karena kita menggunakan mobil dengan plat jakarta. karena kita sempat mampir di perkebunan teh tambi, setelah melihat acara di trans TV, tetapi mirip dengan di kawasan puncak dan akhirnya memilih lanjut ke dieng.

di kawasan dieng ada beberapa objek wisata, adalah telaga warna dan telaga pengilon yang merupakan tujuan pertama. kawasannya cukup asri dan terawat bersih, bahkan ada sebuah pohon tumbang di telaga warna yang bagus untuk tempat pose. kemudian kita menuju kawasan kawah sikidang dan teman-temannya. bau belerang yang menusuk membuat oki muntah, tapi tetap melanjutkan perjalanan menuju kawah yang cukup besar. selanjutnya kita menuju dieng plateu dengan sekumpulan candinya yang cukup terawat.

kita bermalam dipenginapan sederhana dan merasakan ritual harian kehidupan masyarakat dieng yang berkumpul di depan tungku untuk sekedar menghangatkan badan. yang jelas, semua setuju untuk tidak mandi sore atau pagi harinya.

kami meninggalkan penginapan menuju ke "sumur" yang ternyata hanya bekas kawah mati. di sepanjang jalan kita mendapati pipa panas bumi yang menyatu dengan perkebunan sayur. dibanding menuju ke arah purwokerto, kita memilih "jalan pintas" ke pekalongan karena lokasi "sumur" searah perjalanan ke pekalongan, keputusan yang akhirnya cukup merepotkan, karena sepanjang 10km perjalanan kondisi jalan cukup parah.

di perjalanan pulang, kita "menyempatkan" mampir ke guci. bertiga menyempatkan naik kuda mengelilingi kawasan dibandingkan berendam di air panas. sekembalinya dari naik kuda, perjalanan diakhiri dan langsung menuju ke arah pulang