Tuesday, August 08, 2006

[Indonesia] Ketika buta dan bisu lebih baik buat Indonesia

[Arkadia] Break siang saya membaca sebuah berita dari mantan bapak presiden kita yth, Gus Dur Gus Dur: Fatwa NU Soal Infotainment Tak Usah Dipermasalahkan), tentang penolakan beliau tentang fatwa NU yang "mempermasalahkan" infotainment yang mengumbar aib orang di muka publik. Saya sangat setuju bahwa membuka aib orang adalah dosa, dan membiarkan hal itu berlangsung terus menerus merupakan kesalahan sebuah institusi jika tidak mengingatkan. Dosa fitnah bukan lah dosa kecil (saya kasihan kepada para presenter, yang dengan bayar sekian juta rupiah mendapatkan kiriman jutaan dosa - semoga mereka menyadari setelah fatwa NU tsb), saya teringat sebuah hadis dari Rasulullah saw untuk menggambarkan seorang yang bangkrut - yang merupakan orang yang beramal sholeh dengan sekian pahala dari sholat, puasa, haji dsbnya, tetapi menjadi berkurang karena dosa dari melakukan ghibah atau fitnah, hingga semua pahala habis untuk membayar dosa fitnah tersebut dan masih tersisa dosa fitnah. Sehingga seorang yang beramal sholeh harus menjalani siksa dari perbuatan fitnah.


Sebenarnya, saya tidak pernah menganggap ucapan Gus Dur, bagi saya buat Gus Dur diamnya adalah emas. Tetapi saya ikut nimbrung masalah "remeh temeh" ini yang dapat berdampak cukup besar di akhirat nanti. Dosa fitnah dari infotainment ini bayangan saya bisa berlaku bagai dosa yang mengalir terus, ketika seseorang mendengar tentang seorang artis melakukan perzinahan/perselingkuhan (di Islam, seseorang hanya bisa dituduh melakukan zinah apabila ada empat saksi dewasa laki-laki yang melihat langsung), dan dugaan perzinahan ini disampaikan di sebuah arisan, orang tersebut langsung mendapatkan dosa sebesar dosa yang difitnahkan. Ketika sebagian peserta arisan menyampaikan berita itu ke keluarga atau teman yang lain, orang tersebut kembali mendapatkan dosa sebesar dosa yang difitnahkan sebanyak orang yang menyebarkan fitnah tersebut. Ternyata, dosa fitnah zaman sekarang jauh lebih besar dan lebih cepat dibanding zaman rasul, karena teknologi mempermudah liputan yang lebih luas dan mobilitas orang yang lebih tinggi.


Sayang Gus Dur tidak akan membaca renungan saya ini, sehingga beliau dapat memahami sebesar apa dosa fitnah di zaman ini. Seandainya saya dapat memohon, Gus Dur dapat membisu karena diam beliau adalah emas dan demi kemaslahatan orang banyak.

No comments: